Locations of visitors to this page HBA: SURAT SASTRA BUAT GUBERNUR JAMBI HBA

HASAN BASRI AGUS DAN FACHRORI

HASAN BASRI AGUS DAN FACHRORI
JAMBI TEMPO DOELOE

Jumat, 15 Oktober 2010

SURAT SASTRA BUAT GUBERNUR JAMBI HBA

HBA


Yth. Bapak HBA Gubernur Jambi



Kebudayaan merupakan manifestasi keseluruhan sistem gagasan (ideas), tindakan (activities),dan hasil karya (artefact) manusia. Sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia itu dalam dinamikanya membentuk sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah peradaban manusia. Sistem budaya ini terjalin erat dengan nilai-nilai yang dikonstruksi oleh budhi dhaya manusia. Nilai-nilai budaya ini tidak lain merupakan konsep-konsep yang hidup di alam pikiran sebagaian besar warga masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapatberfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi ke arah kehidupan lebih baik.

Bagaimanakah aktivitas seni- budaya sepanjang tahun 2009 di negeri Jambi? Setelah tahun sebelumnya (2008) Jambi berhasil mencacatkan diri sebagai tuan rumah penyelenggara Temu Sastrawan Indonesia, Festival Film Animasi Asia Tenggara, Pameran Lukisan dan Dialog Perupa, memenangi festival tari nusantara, memenangi lomba karya sastra, dan sebagainya seakan mengalami titik kulminasi di tahun 2009. Di tahun 2009 Jambi merencanakan menjadi tuan rumah Festival Teater Indonesia. Rencana ini kandas. Tahun 2009 juga akan diterbitkan "Warna dan Angka", sebuah buku fenomenal yang merekam jejak kreatif penyair dan perupa Jambi sebagai kado bagi Propinsi Jambi, rencana ini belum terwujud. Peristiwa pemanggungan aneka bentuk kesenian di tahun 2009 mengalami penurunan, baik kuantitas maupun kualitas. Mengapa?


Penurunan kuantitas dan kualitas pemanggungan aneka karya seni, antara lain disebabkan oleh tiadanya tempat yang representatif setelah gedung teater arena Taman Budaya Jambi ludes terbakar. Arang dan abu gedung ini seakan merupakan gambaran terbakarnya semangat berkesenian. Hal yang meneyedihkan ialah, gedung atau tempat pertunjukan lain tidak tersedia dan belum ada tanda-tanda usaha ke arah pembangunan fisik yang menopang aktivitas seni pertunjukan. Kenapa hal-hal seperti itu bisa terjadi? Tahun 2009 adalah tahun "bencana" bagi kehidupan seni-budaya di negeri ini. Penyebab semua itu ialah "kasus-kasus" korupsi yang menyebabkan petinggi negeri ini kurang dapat menjalankan amanat secara maksimal.

Bayangkan, pemerintah negeri ini (gubernur) tidak didampingi wakil gubernur, tidak didukung oleh Sekretaris Daerah, dan ada kesan bermasalah dalam menggerakkan roda pemerintah. Celakanya, antara pemerintah, legislatif, dan lembaga lain kurang kompak, yang mengakibatkan setiap urusan terkesan jalan di tempat. Hal yang terkait langsung dengan kuantitas dan kualitas aktivitas kebudayaan dan pariwisata di negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ialah peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Di tahun 2009 memang tercatat ada pergantian pimpinan pada instansi ini. Namun, penempatan"orang hutan" (begitu sebagian warga masyarakat minoritas menyebut kepala dinas baru yang lebih menguasai soal hutan daripada kebudayaan) seakan membuat stagnasi aktivitas kebudayaan. Kepala dinas yang baru terobsesi menciptakanikon-ikon Jambi sebagaimana DIY banyak memiliki ikon-ikon. Obsesi ini sebatasmimpi, sebab pencitraan publik terhadap pentingnya ikon-ikon kebudayaanternyata sulit direalisir untuk konteks Jambi.


Kita catat juga munculnya fenomena "budaya"intimidasi di Jambi. Kita masih ingat intimidasi KPUD ketika anggaran PILKADAtidak disetujui anggota DPRD, mereka "mengancam" tidak akan melaksanakantahapan PILKADA. Kita juga mencatatkebiasaan buruk, yakni "mengancam" sebagai representasi sikap berjaga-jaga, misalnya: "Saya akan mencabut berkas pencalonan gubernur jika dibuka pendaftaran lagi". Kebiasaan buruk ini menjadi fenomena baru dan muncul sebagai reaksi berlebihan terhadap suatu masalah. Dalam lingkup terbatas, pemerintah kota Jambi beberapa kali melakukan kesalahan dalam mengambil kebijakan seperti kasus pengangkatan kepala sekolah, penempatan pejabat yang selain tidak proporsional juga tidak profesional, dan gagalnya memperoleh adipura merupakan catatan tersendiri.

Selain itu, penataan tatakota, prioritas pembangunan yang salah arah, serta munculnya "premanisme" di dalam segala urusan menjadikan Jambi semakin memprihatinkan. Segala aktivitas itu berdampak munculnya aneka fenomena yang menarik kita catat. Sebagai fenomena, kita catat bahwa masyarakat Jambi memasuki tahap perkembangan yang disebut post tradisional society. Kita mencatat unsur-unsur modernitas yang menandai mentalitas masyarakat modern, sepertiindividualisme (sikap "Siape lu, siape gua"), orientalisme terhadap kehidupan kota, fenomena kehidupan demokratis, dominasi media massa, dan mengutamakan mutu hasil karya. Seperti Naga dari Selatan, Jambi menggeliat dengan pembangunan pesat di bidang investasi dan perdagangan, sehingga mall, mini market, plaza, hingga hipermarket berdiri menghiasi gambaran metropolis.





Di samping pembangunan yang berindikator dunia ekonomi dan perdagangan modern itu, ternyata pasar tradisional tergusur. Lihatlah Angso Duo merana, Pasar Burung yang nempel di gang yang sesak, Pasar TAC memprihatinkan, dan pasar-pasar liartumbuh di sepanjang troar dan gang-gang sempit (apalagi ketika musim buah tiba). Ketika pembangunan mall, hipermarket, dan plaza menggusur pasar tradisional, maka rakyat kecil menggeliat dengan kreativitasnya sendiri membangun pasar-pasar liar. Ironisnya, pedagang kaki lima terus digerus olehtangan-tangan kekuasaan lewat Satpol PP. Pedagang digusur dan tidak pernah diberikan solusi, padahal rakyat kecil bagaimana pun perlu menghidupi keluarganya.





Fenomena sosial terjadi ketika anak-anak jalanan bertubuh dan berpakaian bersih menadahkan tangan di Traffict Light, nenek renta susah payah menyeberang jalan di tengah keramaian kota (dan maaf, tidak adalagi Pramuka/ Satpam/ polisi yang rela membantu). Seakan-akan orang-orang tidak lagi peduli pada penderitaan orang lain, orang memanfaatkan musibah sebagai upaya mendapatkan sedekah (menolong korban tabrak lari, tapi yang lebih dulu diselamatkan adalah dompet dan perhiasannya), dan masih banyak lagibentuk-bentuk fenomena sosial-budaya di negeri ini.



Gaya hidup orang kota kini menjadi trend centre bagi warga masyarakat. Semacam ada image bahwa orang metropolis gaya hidupnya cenderung glamour, perlente, melengkapi diri dengan aneka asesoris mutakhir, dan membawa ikon-ikon ekonomikreatif dan efektif. Setiap orang merasa perlu menenteng handphone atau telefon selular (meskipun terkadang tampak gagap teknologi). Generasi muda, termasuk anak-anak sekolah menggendong laptop(komputer jinjing). Gaya berpakaian modis (meski membelinya di loakan), mobilitas tinggi (meski terkadang hanya jalan-jalan di pusat keramaian dengantujuan tidak jelas). Kita juga mencatat bahwa kemacetan lalu lintas mulaiterasa di Jambi sebagai manifestasi gaya hidup urban-metropolis, egois, dantidak disiplin. Daerah Simpang Mayang, misalnya, tentu perlu penjagaan danpengaturan polisi sehingga lalu lintas dapat berjalan lancar serta terhindardari kemacetan.



Dapat dicatat juga fenomena munculnya cultural lag,yaitu fenomena yang menggambarkan keadaan masyarakat yang dengan mudah menyerap budaya yang bersifat meterial, tetapi belum mampu untuk mengadaptasi budayayang bersifat non-material. Fenomena persaingan dunia usaha telephone seluler,aneka produk play statition, aneka game dan lambang prestise (membawa laptop) hanya untuk keperluan mode yang bersiafat musiman. Masyarakat hanyalah konsumen, user, yang hanya bisa memanfaatkan teknologi maju, tanpa dibarengi pemahaman karakteristiknya. Dampak ikutan gaya hidup ini ialah maraknya aneka penipuan secara canggih dengan iming-iming aneka hadiah yang menggiurkan.





Reformasi 1998 membuahkan hasil masyarakat semakin kritis dalam iklim kehidupan yang demokratis. Namun, perilaku demokratis ini senyatanya belum menjadi bagianhidup masyarakat perkotaan. Contoh-contoh sikap kritis dalam bingkai kehidupan yang demokratis tampak dari berbagai unjuk rasa berbagai elemen masyarakat terhadap setiap akan dilakukan pengundangan Rencana Undang Undang. Kita masih ingat betapa lapisan masyarakat berssikap pro kontra terhadap sosialisasiUndang Undang Pornografi dan Porno Aksi, Undang Undang Badan Hukum Pendidikan;Lapisan masyarakat tertentu juga reaktif terhadap pelaksanaan PILKADA, sehinggatimbul kesan "Siap memang, tetapi tidak siap kalah".





Hal yang menggembirakan (juga menyedihkan) dalam pranata kehidupan sosial post tradisionalis, media massa memegang otoritas dalam mengendalikan berbagai isue, pemberitaan, penciptaan opini, penciptaan trend centre, dan berbagaimacam dampak positif maupun negatif yang mengiringinya. Media massa senyatanya telah berhasil menciptakan mitos baru, pencitraan pejabat, dan bisa jadi pembunuhan karakter orang-perorang. Dalam masyarakat post tradisionalis juga ditandai oleh adanya penghargaan terhadap karya dan kekaryaan sebagai bagian dari kebudayaan dalam pengertian yang luasdan kompleks.



Demikianlah potret fenomena budaya kita hari ini. Salam.


Komentari · SukaTidak Suka · Bagikan

*
*
Amri Swarta dan 20 orang lainnya menyukai ini.
*
o
Fridi Yanto Kegundahan yang kompleks seorang Budayawan Jambi. Semoga ada "orang-orang" dekat "Harapan Baru" yang membaca ini sehingga tak lama lagi berdiri kembali Gedung Pementasan di Taman Budaya Jambi (salah satu indikator bahwa pemimpin baru itu peduli kebudayaan).
Kamis pukul 21:28 · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat... ·
o
Eri Argawan Harapan baru itu selalu muncul ketika orasi dikumandang, tapi yg menjadi pertanyaan akankah ini hanya sebatas harapan baru lagi? Kita memang butuh orang yang cerdas bukan sebatas intlektual tapi secara emosianalpun harus cerdas..ayolah kesenian harus dibangun bersama sama..capek juga klu kami harus jalan sendiri sendiri!!
Kamis pukul 22:27 · SukaTidak Suka ·
o
Bembenk Hadiswan Dalam masa transisi sebagaimana yang sedang terjadi saat ini, gejolak sosial dengan kekerasan dan amuk massa sering dijumpai dimana-mana. Tahun 2010 bangsa Indonesia telah menyajikan beberapa peristiwa, mulai dari kekerasan, pengusuran, penertiban pedagang (PKL) ternyata menjadi sejarah bagi masyarakat yang mengalami hal ini dan menyaksikan hal ini. Seakan-akan seluruh sistem dan katup pendekatan kepatuhan publik dibekukan dalam pendekatan keamanan dan kepatuhan nasional.
Kamis pukul 22:40 · SukaTidak Suka ·
o
Bembenk Hadiswan
Sebuah kata ‘reformasi’ yang dianggap mampu memperbaiki keterpurukan baik dibidang politik, ekonomi, hukum, budaya, pendidikan, keamanan dan sebagainya justru hanya sebuah topeng saja. Kepurukan tersebut mengakibatkan krisis kepercayaan kep...ada masyarakat Indonesia terhadap pemimpin kita. Sehingga harapan-harapan baru akan datangnya perubahan ke arah yang lebih baik tidak akan terwujud sebagaimana diharapkan masyarakat. Keberadaan ini harus segera disikapi oleh semua pihak, sekaligus mencari langkah strategis untuk menyelamatkan era reformasi dalam rangka memberantas makelar kasus. Mental dan moral para pemimpin harus segera diperbaiki dan di reformasi. Mengapa? Perkembangan yang ada menyebutkan bahwa praktik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan telah menumbuhkan praktek politik uang atau korupsi dengan menyalahgunakan kekuasaan pemimpin. Maka dari itu peran media sebagai kontrol sosial sangat dibutuhkan masyarakat. Kontrol sosial menjadi suatu harga mahal yang harus dibayar ketika harus berhadapan dengan kekuasaan yang otoriter, kemapanan, stabilitas dalam pemerintahan dan iklim politik yang belum terbiasa dengan alam demokrasi dan reformasi. Di era reformasi pemimpin dituntut untuk selalu peka terhadap aspirasi masyarakat dan kontrol sosial harus dilihat sebagai masukan untuk perbaikan dalam menjalankan roda pemerintahan. Lihat Selengkapnya
Kamis pukul 22:57 · SukaTidak Suka ·
o
Fha Fyan
Smg ALLOH gerakkan kinerja pak HBA u bs lbh cerdas&bijaksn menebar benih2 emas ny dm kbgkitan JBI. Sbg motivasi
selayakx mesti d contoh Perda d INDRAMAYU yg telah berhsl menerapkn PERDA SYARIAH wlw s4 pro kontra masyrkt d sekitar, namun kete...gasan pemimpin mmpu jdkn msyrktx manut akn PERDA yg tlh d bwt.Lihat Selengkapnya
Kamis pukul 22:57 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka ·
o
Bembenk Hadiswan
Krisis kepercayaan di era reformasi berpotensi menggagalkan pencapaian cita-cita reformasi, dan kemungkinan bangsa ini tidak dapat melewati transisi demokrasi dengan baik. Bangsa ini tinggal menunggu waktu kapan semuanya masuk jurang.” Maks...udnya adalah bangsa Indonesia kini tinggal menunggu waktu masuk ke jurang karena korupsi. Korupsi di Indonesia bukan hanya dilakukan pada pejabat di pusat, melainkan merata di seluruh daerah dan semua tingkatan. Maka dari itu peran semua pihak sangat penting untuk pemberantasan korupsi, agar masyarakat saat ini tidak mengalami krisis kepercayaan.Lihat Selengkapnya
Kamis pukul 22:59 · SukaTidak Suka ·
o
Mulia Jaya
HBA pd waktu debat kandidat gubernur jambi di metro TV beberapa bulan lalu, pembangunan kebudayaan tak disebut-sebut sebagai salah satu strategi pembangunan daerah. hanya pembangunan dalam artian pengadaan dan perbaikan infrastruktur publik... demi menunjang pembangunan ekonomi pertanian, pendidikan dan kesehatan. Jambi Emas katanya Ekonomi masyarakat sejahtera buat apa kebudayaan tidak berhubungan dengan mpeningkatan kesejahteraan ekonomi rumah tangga petani. walau demikian semoga perspektif pembangunan budaya menjadi prasyarat dari pembangunan ekonomi so kita lihat sj nantiLihat Selengkapnya
Kamis pukul 23:23 · SukaTidak Suka ·
o
Bembenk Hadiswan
Yang penting HBA...mau memberikan kebebasan berikut ini:
Pada umumnya negara yang berdemokrasi menuntut agar rakyat mempunyai hak untuk berbicara dan menulis dengan bebas mengenai apapun. Kadang-kadang tuntutan yang demikian diingkari oleh h...ukum. Mengapa kebebasan berpikir dan mengungkapkan pendapat dianggap bernilai dan layak dilindungi? Seorang penyair dalam suratnya menulis bahwa kebenaran dan pengetahuan sangat dihargai. Berikut kutipan tulisan seorang penyair John Milton, “Di mana hasrat untuk belajar begitu besar, di sana pasti terjadi banyak perdebatan, tulis-menulis, lontaran pendapat, karena pendapat dalam diri orang-orang baik tak lain adalah pengetahuan yang sedang berproses”.Lihat Selengkapnya
Kamis pukul 23:34 · SukaTidak Suka ·
o
Mulia Jaya janganlah lupa kebebasan yang beretika akan menjadikan demokrasi lebih bermanfaat dan tidak cenderung bergeser kearah anarki dalam berlogika sehingga akan menimbulkan multiflier efek dalam penyelenggaran pemerintahan daerah. mari kita awasi sama-sama kearah mana paradigma pembangunan jambi ini sesungguhnya di bawa
Kamis pukul 23:44 · SukaTidak Suka ·
o
Saya Ikhsan Saja ah, pakde..dikit lagi tuh endingnya..emosinya udh dpt..tanggung pakde...
Jumat pukul 9:06 · SukaTidak Suka ·
o
Paridah Fathir kata kata janji akan menjadi kenangan jika nyauntk dilaksanakan tak sampai tanganmu, carilah tangan tangan yang kokoh yg hati nuranimu yakini mampu membawa dirimu untuk dikenang sampai akhir zaman,jangan tangan tangan yang terlalu sering menadah, yang akhir tangan tangan itu pula yg akan menarikmu jatuh... jabatan adalah sementara, jadikan namamu akan melekat dibuku buku pelajaran sejarah, kamu tak akan bisa sendiri menaiki tangga zaman tangan tangan lain akan membantumu jika santun selalu ada dalam senyum.
Jumat pukul 20:57 · SukaTidak Suka ·
o
Amri Swarta
komitmen,brgkali kalimat itu paling tepat bg pemimpin jambi kedepan dlm mnggeiatkan seni budaya tanah pilih jambi.disamping sinergisitas dari para pelaku seni budaya dlm mnggerakkan roda berkese...nian,ruang dan waktu,kreatifitas,appresiasi dll perlu diberi kebermaknaan dlm porsi yg lebih. sehinnga nafas brkesenian akan tetap berdenyut ,kontinyu dlm semangat kebersamaan.bila hal demikian tidak terjadi,yakinlah keterpurukan dan bahkan lbh tragis lg kehancuran siap menunggu.trlebih lg seni budaya daerah akan semakin redup,karena kurang mndapat tempat dlm strata birokrasi,mari kt sambut jambi emas dr segala sisi,tanpa kecuali,semoga..... Lihat Selengkapnya
23 jam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka ·
o
Dimas Arika Mihardja Hallo, siapa pun yang memiliki akses dan link ke HBA, wacana tulisan ini bisa di-share kepada beliau. Hayo siapa peduli seni-budaya Jambi?
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka ·
o
Toni Samrianto siap jambi ekspres siap membantu : jambiekspres.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar