SUASANA DI CHINA DALAM MEMBANGUN WANITA PUN IKUT JADI KULI
Nilai export Cina meningkat hingga 46% pada Februari lalu dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, yang mana hal tersebut mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi yang kuat setelah krisis global. Pertumbuhan ekonomi Cina jauh lebih tinggi daripada yang diprediksikan yaitu sekitar 35% hingga 40%. Hal ini mengakibatkan timbulnya tekanan bagi pemerintahan Cina untuk menaikkan nilai tukar Yuan. Amerika Serikat terus mengkritik nilai tukar Yuan yang cukup rendah terhadap USD.
Selain nilai export, nilai import Cina juga meningkat tajam yaitu sekitar 44,7% pada bulan lalu. Bertambahnya nilai import tersebut tidak terlepas dari stimulus yang diberikan oleh pemerintah Cina. Meningkatnya nilai import membuat Cina mengalami penurunan surplus perdagangan yang mencapai titik terendah selama 1 tahun terakhir yaitu sekitar $7.6bn (£5bn) pada bulan Februari.
Beijing berusaha menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya terhadap USD selama 3 tahun terakhir ini demi membantu perdagangann para exportir. Tindakan tersebut membuat berang pemerintahan Amerika yang menganggap bahwa Cina telah menetapkan nilai tukar Yuan secara tidak adil. Pemerintahan Amerika terus mendesak Cina agar mengkoreksi kembali nilai tukar Yuan agar mengikuti perubahan nilai tukar pasaran.
Menanggapi permasalahan ini, muncul beberapa pernyataan dari pihak pemerintahan Cina. Berikut adalah salah satu kutipan pernyataan dari ahli ekonomi IHS Global Insight di Beijing, Ren Xianfang yang mengatakan dengan adanya pertumbuhan perekonomian Cina, memberikan keuntungan dan rasa percaya diri bagi pemerintahannya untuk mengevaluasi kembali nilai tukar Yuan. Gubernur Bank Central Cina Zhou Xiaochuan juga menyatakan bahwa pemerintahannya masih sangat berhati-hati untuk mengevaluasi nilai tukar Yuan karena saat ini kondisi perekonomian global masih sangat labil.
Selain nilai export, nilai import Cina juga meningkat tajam yaitu sekitar 44,7% pada bulan lalu. Bertambahnya nilai import tersebut tidak terlepas dari stimulus yang diberikan oleh pemerintah Cina. Meningkatnya nilai import membuat Cina mengalami penurunan surplus perdagangan yang mencapai titik terendah selama 1 tahun terakhir yaitu sekitar $7.6bn (£5bn) pada bulan Februari.
Beijing berusaha menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya terhadap USD selama 3 tahun terakhir ini demi membantu perdagangann para exportir. Tindakan tersebut membuat berang pemerintahan Amerika yang menganggap bahwa Cina telah menetapkan nilai tukar Yuan secara tidak adil. Pemerintahan Amerika terus mendesak Cina agar mengkoreksi kembali nilai tukar Yuan agar mengikuti perubahan nilai tukar pasaran.
Menanggapi permasalahan ini, muncul beberapa pernyataan dari pihak pemerintahan Cina. Berikut adalah salah satu kutipan pernyataan dari ahli ekonomi IHS Global Insight di Beijing, Ren Xianfang yang mengatakan dengan adanya pertumbuhan perekonomian Cina, memberikan keuntungan dan rasa percaya diri bagi pemerintahannya untuk mengevaluasi kembali nilai tukar Yuan. Gubernur Bank Central Cina Zhou Xiaochuan juga menyatakan bahwa pemerintahannya masih sangat berhati-hati untuk mengevaluasi nilai tukar Yuan karena saat ini kondisi perekonomian global masih sangat labil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar