Di tengah kegelapan malam, sesosok Petruk keluar dari kawah Gunung Merapi bersamaan dengan kepulan asap vulkanik dan guguran lava. Kepala dan tangan kiri tokoh pewayangan itu tampak menunjuk ke timur gunung, sedangkan tangan kanan memegang pinggulnya.
"Lukisannya hampir mirip seperti aslinya, mulai dari kawah sampai kemunculan Petruk," kata Simin, pengunjung Museum Sejarah Jakarta yang datang menyaksikan Pameran Seni Lukis Jalanan, Minggu (7/11/2010) di Jakarta.
Ia yang datang bersama istri dan dua anaknya dari Kapuk, Jakarta Barat, itu mengaku sebagian masyarakat Jawa menyakini penampakan Petruk memang ada seiring letusan Gunung Merapi. "Saya pernah nonton di TV sekitar Selasa (3/11/2010) lalu dan ada sosok mirip Petruk pada kepulan asap vulkaniknya," ujar Simin.
Sementara pengunjung lain, Bayu, menilai, lukisan yang dibuat agak seram. "Lukisannya seram, bisa dilihat dari abu vulkaniknya yang benar-benar seperti di sana," kata warga Kramatjati, Jakarta Timur, itu.
Menurut sang pelukis, Aris Sucipto, Petruk di dalam lukisan ini hanyalah penggambaran semata, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. "Kami hanya mencoba melukiskan bahwa peristiwa letusan Gunung Merapi itu sebagai sebuah peringatan terhadap pemerintah, persis dengan apa yang dilakoni Petruk sebagai sabdo palon," ujar Aris.
Ia menambahkan, Petruk sendiri memang dikisahkan sering menagih janji apabila muncul ketidakadilan di tengah masyarakat. Apalagi, tambah Aris, berdasarkan keyakinan orang Jawa, setiap penghuni di bawah Gunung Merapi lebih percaya kepada Petruk daripada Semar.
Simin dan Bayu berharap kegiatan seni lukis terus digelar setiap pekannya di sekitar Kawasan Kota Tua agar masyarakat bisa melihat dan mengapresiasi karya para seniman. "Anak kami yang perempuan juga senang dengan kegiatan ini karena kebetulan dia juga hobi melukis. Kalau bisa, kegiatan ini diadakan lagi," harap Simin.
Ia yang datang bersama istri dan dua anaknya dari Kapuk, Jakarta Barat, itu mengaku sebagian masyarakat Jawa menyakini penampakan Petruk memang ada seiring letusan Gunung Merapi. "Saya pernah nonton di TV sekitar Selasa (3/11/2010) lalu dan ada sosok mirip Petruk pada kepulan asap vulkaniknya," ujar Simin.
Sementara pengunjung lain, Bayu, menilai, lukisan yang dibuat agak seram. "Lukisannya seram, bisa dilihat dari abu vulkaniknya yang benar-benar seperti di sana," kata warga Kramatjati, Jakarta Timur, itu.
Menurut sang pelukis, Aris Sucipto, Petruk di dalam lukisan ini hanyalah penggambaran semata, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. "Kami hanya mencoba melukiskan bahwa peristiwa letusan Gunung Merapi itu sebagai sebuah peringatan terhadap pemerintah, persis dengan apa yang dilakoni Petruk sebagai sabdo palon," ujar Aris.
Ia menambahkan, Petruk sendiri memang dikisahkan sering menagih janji apabila muncul ketidakadilan di tengah masyarakat. Apalagi, tambah Aris, berdasarkan keyakinan orang Jawa, setiap penghuni di bawah Gunung Merapi lebih percaya kepada Petruk daripada Semar.
Simin dan Bayu berharap kegiatan seni lukis terus digelar setiap pekannya di sekitar Kawasan Kota Tua agar masyarakat bisa melihat dan mengapresiasi karya para seniman. "Anak kami yang perempuan juga senang dengan kegiatan ini karena kebetulan dia juga hobi melukis. Kalau bisa, kegiatan ini diadakan lagi," harap Simin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar