Intensitas Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Sabtu, terpantau relatif stabil, kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta Subandriyo.
"Berdasarkan data seismograf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sabtu pada pukul 12.00-18.00 WIB sama sekali tidak terjadi awan panas dari puncak Merapi," katanya di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, guguran tercatat sebanyak 22 kali dan gempa vulkanik sebanyak 22 kali. Gempa tektonik terjadi tiga kali dan tremor beruntun terus terjadi.
"Kondisi itu tergolong aman. Jika Sabtu sore di kawasan Yogyakarta dan Sleman sempat ada hujan abu itu karena angin sedang mengarah ke selatan dan barat. Hujan abu itu sepenuhnya bergantung pada arah angin," katanya.
Ia mengatakan, sejak meletus pada 5 November 2010, intensitas Merapi cenderung menurun. Namun, masyarakat tetap diminta tetap waspada dan tidak gegabah karena penurunan intensitas bukan patokan Merapi akan kembali ke kondisi normal.
"Tren penurunan intensitas itu masih terlalu jauh sebagai pertanda Merapi akan kembali normal," katanya.
Menurut dia, meskipun intensitas Merapi menurun, peluang untuk terjadi erupsi besar tetap terbuka. Letusan Merapi secara mendadak perlu diwaspadai.
"Oleh karena itu, kami minta para pengungsi dan masyarakat untuk bersabar. Penurunan radius berbahaya dan status Merapi memerlukan kajian mendalam," katanya.
Ia mengatakan, penurunan radius berbahaya dan status Merapi perlu dikaji dan dibicarakan secara mendalam, bukan hanya berdasarkan penurunan intensitas dalam beberapa hari terakhir.
"Intensitas Merapi pascaletusan 5 November 2010 cenderung turun dan terpantau relatif jarang mengeluarkan awan panas besar," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar