Locations of visitors to this page HBA: MODE HIJAU STELLA McCARNEY

HASAN BASRI AGUS DAN FACHRORI

HASAN BASRI AGUS DAN FACHRORI
JAMBI TEMPO DOELOE

Rabu, 12 Januari 2011

MODE HIJAU STELLA McCARNEY

HBA

Detail Berita
 Detail Berita


FOKUS pada vegan fashion dan menjadi bagian dari komunitas pembela hak-hak hewan merupakan karakter seorang Stella McCartney. Dia adalah desainer dengan prinsip yang tidak bisa dipatahkan dengan sekadar iming-iming uang dan ketenaran.

Melihat koleksi terbaru McCartney di panggung Paris, pastilah terlihat betapa kuat prinsip putri pentolan grup band legendaris The Beatles, Paul McCartney, itu sebenarnya. Koleksinya menggambarkan apa yang diinginkan perempuan tentang mode, cantik, ringan, wearable, dan praktis.

Seperti juga desainer lainnya, McCartney, secara garis besar, mengikuti tren yang berlaku untuk musim semi 2011, menggunakan warna-warna dan garis rancangan yang menggambarkan universalitas sekaligus individualitas khas konsumen modern.

Koleksi McCartney di panggung Paris mengadaptasi era 1970-an ketika gaya bohemian berjaya. Dalam wawancara singkatnya di belakang panggung bersama Reuters sebelum pertunjukan, McCartney mengatakan yang menjadi inspirasinya untuk koleksi tersebut adalah kedua orangtuanya yang memperkenalkan era 1970-an dari sisi yang berbeda.

“Saya percaya, era 1970-an adalah masa manusia kembali pada alam, di samping membeludaknya rock n roll, seks bebas, dan obat-obatan. Karena itu, inti dari apa yang saya sajikan di catwalk Paris adalah tentang manusia dan alam, tentang vegetarianisme,” ujar ibu tiga putra ini.

Ya, McCartney adalah salah satu desainer yang teguh memegang prinsipnya. Sebagai seorang vegetarian, McCartney tidak pernah menyentuh berbagai hal yang berbau hewani, baik dalam hal makanan maupun mode.

Seluruh koleksinya menggunakan material alami. Bahan tersebut tentu saja didapatkan dari fair trade market, tempat semua pelakunya mendapatkan keadilan secara sosial dan material, termasuk juga ramah lingkungan.

“Yang menjadi fokus saya saat ini adalah memasyarakatkan green fashion yang bisa membantu mengurangi produksi jejak karbon untuk kebaikan manusia dan lingkungan, termasuk di dalamnya mengurangi konsumsi daging yang terbukti ikut berkontribusi terhadap penambahan jejak karbon global dari industri peternakan,” sebut McCartney.

Apa yang membuat McCartney begitu teguh memegang prinsipnya terhadap lingkungan, termasuk menjadikan dirinya seorang vegetarian kembali kepada semua yang diajarkan orangtuanya, terutama sang ibu, Linda McCartney, aktris yang juga aktivis pembela hak hewan.

“Orangtua saya mengajarkan untuk melihat dunia secara utuh. Dan, itu yang saya lakukan hingga sekarang. Saya dibesarkan dengan keyakinan untuk menghormati seluruh makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan, serta untuk melindungi dan memelihara lingkungan dengan baik. Saya diajarkan untuk mengerti bahwa kita tinggal di planet ini bersama-sama dengan makhluk hidup lain dan itu yang memengaruhi semua yang saya lakukan,” papar desainer yang juga bekerja sama dengan Adidas dan LeSportsac ini.

Stella McCartney adalah buah hati Paul dan Linda McCartney. Dia dibesarkan di sebuah lahan pertanian organik di Sussex, Inggris, yang mengajarkan kepadanya mengenai pentingnya hidup berdampingan dengan alam.

“Sejak kecil,saya diajari untuk mengerti bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang telah kita ambil dari alam, dan itulah yang sekarang saya coba lakukan melalui mode,” sebutnya.

Mode ala Stella McCartney adalah apa yang kini disebut sebagai vegetarian fashion. Sebuah aliran mode dalam setiap prosesnya tidak ada hewan yang tersakiti.

Karenanya, McCartney tidak menghadirkan material seperti sutra ataupun wol, melainkan kain yang lebih organik dan terbuat dari serat. Malah, McCartney pun secara aktif mendukung gerakan reduksi jejak karbon global dengan cara melakukan kampanye Meat Free Mondays (Senin Bebas Daging) -pada hari Senin masyarakat diimbau untuk menghindari menu yang berbau daging.

“Dalam skala global, industri daging memproduksi 20% dari total gas rumah kaca di dunia, lebih dari sektor transportasi,” papar McCartney, yang tidak pernah menggunakan kulit ataupun bulu untuk rancangannya.

“Menurut saya, industri mode harus berubah arah, saya sudah melihat cabang-cabang ke arah perubahan yang lebih baik, tapi belum terdapat pendorong yang kuat untuk itu,” sambungnya.

Namun, punya prinsip saja tidak akan membawa Stella McCartney ke tempat tujuannya. Karenanya, alumni sekolah mode Central St Martin tahun 1995 ini mengombinasikan prinsip dengan visi dan garis rancangan luar biasa. Hasilnya, pengakuan sebagai desainer muda berbakat dan gerbang menuju panggung mode yang lebih luas.

Namun, bukan berarti McCartney bila tidak menemui batu sandungan di sepanjang perjalanannya. Malah McCartney pernah dianggap sebagai underdog saat bekerja bersama Karl Lagerfled di rumah mode Chloe.

Kini, semua perjuangannya terbayar lunas. Lewat gaya rancangannya yang edgy, Stella berhasil meraih suksesnya sendiri, pertama untuk Chloe, kemudian sebagai desainer bagi label modenya sendiri, Stella McCartney yang berada di bawah bendera Gucci Group.

“Saya ingat ketika saya pertama kali mempertunjukkan koleksi untuk Stella McCartney tahun 2001. Saya masih mencari jati diri, baik sebagai seseorang maupun sebagai label mode, dan itu terjadi begitu cepat. Saya rasa, saya belum siap waktu itu,” ujarnya.

Kekontrasan rancangan Stella di awal kariernya dengan apa yang dia hasilkan delapan tahun setelah itu memang cukup terasa. Sekarang, Stella bisa mengatakan ke mana arah label modenya akan menuju dengan mantap.

“Saya suka membuat sesuatu yang sedikit maskulin dengan sentuhan tailoring ala Savile Row, sesuatu yang wearable, dan membuat orang yang melihatnya ingin memakainya,” tutur Stella.

Stella McCartney telah menemukan jalannya sendiri tanpa harus mengorbankan prinsip dan segala hal yang dia percayai. Menjadikan label Stella McCartney semakin mantap berdiri di ranah industri mode dan menjadikan dirinya masuk ke jajaran desainer papan atas dengan nilai plus.

Terbukti ketika dia menerima penghargaan dari Natural Resources Defence Council untuk dukungannya terhadap isu-isu lingkungan. Saat menerima penghargaan tersebut, Stella berkata dengan rendah hati.

“Saya bukan environmentalis yang seharusnya menerima penghargaan ini, saya hanyalah seorang desainer, seorang ibu dan istri, tapi saya berusaha untuk membuat apa yang saya lakukan baik bagi semuanya, termasuk untuk lingkungan,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar